Translate

Sabtu, September 01, 2012

Penanganan Stress Pada Remaja


BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang
            Kesehatan mental merupakan hal yang sangat penting untuk  diperhatikan oleh individu karena hal ini akan mempengaruhi individu tersebut dalam mencapai kesuksesan dan kebahagiaan hidupnya. Orang yang sehat mentalnya menampilkan perilaku atau respon-responnya terhadap situasi dalam memenuhi kebutuhannya, memberikan dampak yang positif bagi dirinya dan atau orang lain (Syamsu Yusuf, 2009).
Kesehatan mental erat hubungannya dengan tekanan-tekanan batin, konflik-konflik pribadi, dan kompleks-kompleks terdesak yang terdapat pada manusia. Tekanan-tekanan batin dan konflik-konflik itu sangat sering mengganggu ketenangan hidup seseorang dan seringkali menjadi pusat pengganggu bagi ketenangan hidup. Pribadi yang terintegrasi dengan baik akan dapat dengan mudah mengatasi macam-macam ketegangan dan konflik-konflik batin secara spontan dan otomatis dengan mengatur urutan pemecahannya menurut prioritas dan hirarkinya.
Namun berbeda dengan pribadi-pribadi yang terintegrasi dengan baik, orang-orang penderita neurosis depresif yang termasuk ke dalam salah satu jenis psikoneurosis akan tidak bersemangat, cepat putus asa dan cendrung menyalahkan diri sendiri dalam menghadapi masalah. Oleh karena itu tentunya diperlukan usaha untuk mengatasi hal tersebut agar tidak berlarut-larut. Salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kegiatan-kegiatan preventif guna mencegah timbulnya neurosis depresif.

B.     Rumusan Masalah
            Berdasarkan penjabaran yang ada pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan psikoneurosis?
2.      Apa saja jenis-jenis psikoneurosis?
3.      Bagaimana konsep neurosis depresif?
4.      Bagaimana pencegahan neurosis depresif?

C.    Tujuan
               Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari pembuatan makalah tentang Neurosis Depresif dan Pencegahannya adalah sebagai berikut:
1.      Mengetahui dan memahami psikoneurosis
2.      Mengetahui dan memahami jenis-jenis psikoneurosis
3.      Memahami dan mengetahui konsep neurosis depresif
4.      Memahami dan mengetahui upaya apa saja yang dapat dilakukan dalam pencegahan neurosis depresif


BAB II
KONSEP DASAR PSIKONEUROSIS

A.    Pengertian Psikoneurosis
               Psikoneurosis yang biasa disingkat dengan Neurosis, adalah bentuk kekacauan/ gangguan mental yang lunak atau tidak berbahaya. Neurosis merupakan gangguan yang terjadi hanya pada sebagian kepribadian. Karena gangguan hanya pada sebagian kepribadian, maka yang bersangkutan masih bisa melakukan pekerjaan/aktivitas sehari-hari. Dali Gulo (1982 : 179), berpendapat bahwa neurosis adalah suatu kelainan mental, hanya memberi pengaruh pada sebagaian kepribadian, lebih ringan dari psikosis, dan seringkali ditandai dengan : keadaan cemas yang kronis, gangguan-gangguan pada indera dan motorik, hambatan emosi, kurang perhatian terhadap lingkungan, dan kurang memiliki energi fisik.
               Sejalan dengan pendapat diatas, menurut Kartini Kartono (1989) neurosis ditandai oleh  :
1.      Penglihatan diri yang tidak lengkap terhadap kesulitan pribadi
2.      Memendam banyak konflik
3.      Adanya reaksi-reaksi kecemasan
4.      Melemah/ memburuknya atau kerusakan parsial sebagian dari struktur kepribadian
5.      Sering dihinggapi (namun tidak selalu) fobia, gangguan pencernaan, dan tingkah laku kompulsif

         Jadi psikoneurosis gangguan yang terjadi hanya pada sebagian dari kepribadian, sehingga orang yang mengalaminya masih bisa melakukan pekerjaan-pekerjaan biasa sehari-hari atau masih bisa belajar, dan jarang memerlukan perawatan khusus di rumah sakit.  
        
B.      Sebab-sebab Timbulnya Psikoneurosis
             Penyebab timbulnya neurosis ialah adanya rasa kecemasan,rasa takut terhadap sebuah kegagalan yang ia lakukan secara bertubi-tubi. Kemudian penderita melakukan tekanan-tekanan terhadap emosi negatif yang dia terima akibat kesalahan yang ia perbuat, namun hal itu semua tidak dapat dipastikan berjalan secara lancar. Neurosis ini bisa juga disebabkan dorongan seksual yang tidak puas atau terhambat, sehingga semua penyebab itu menimbulkan konflik batin, ketakutan serta adanya rasa kecemasan.
                 Sedangkan Kartini Kartono (1989) berpendapat  sebab-sebab dari timbulnya psikoneurosis adalah:
1.      Tekanan-tekanan sosial yang berat dan tekanan kultural yang sangat kuat, yang menyebabkan ketakutan-kecemasan dan ketegangan-ketegangan dalam batin sendiri yang kronis dan berat, sehingga individu yang bersangkutan mengalami mental breakdown/ kepatahan mental.
2.      Individu mengalami  banyak frustasi, konflik-konflik emosional, dan konflik internal yang serius, yang sudah dimulai sejak masa kanak-kanak.
3.      Individu pada umumnya menjadi tidak rasional sebab sering memakai defence mechanism yang negatif dan lemahlah pertahanan diri secara fisik dan mental (badan, syaraf dan jiwanya).
4.      Pribadinya sangat labil, tidak imbang, dan kemauannya sangat lemah.

           Dari pernyataan diatas jelaslah bahwasanya penyebab dari psikoneurosis adalah ketidakmampuan individu dalam menghadapi masalah-masalah yang dialaminya disebabkan karena pribadi individu tidak terintegrasi dengan baik.

C.    Jenis-jenis Psikoneurosis
              Kelainan jiwa yang disebut neurosis ditandai dengan bermacam-macam gejala. Dan berdasarkan gejala yang paling menonjol, sebutan atau nama untuk jenis neurosis diberikan. Dengan demikian pada setiap jenis neurosis terdapat ciri-ciri dari jenis neurosis yang lain, bahkan kadang-kadang ada pasien yang menunjukkan begitu banyak gejala sehingga gangguan jiwa yang dideritanya sukar untuk dimasukkan pada jenis neurosis tertentu (W.F. Maramis, 1980 : 258). Berdasarkan gejala yang ditimbulkan dari psikoneurosis secara teoritis, gangguan ini dapat dibedakan atas beberapa jenis sebagai berikut:
1.      Neurosis depresif
Neurosis depresif merupakan neurosis dengan gangguan utama pada perasaan.
2.      Neurasthenia
Neurasthenia sering juga disebut penyakit payah. Neurasthenia adalah bentuk psikoneurosis yang ditandai oleh adanya kondisi syaraf-syaraf yang sangat lemah, tanpa memiliki energi hidup, selalu/terus-menerus merasa capek atau lelah yang sangat hebat sehingga individu malas untuk berbuat sesuatu.
3.      Neurosis fobik
Neurosis fobik merupakan gangguan jiwa dengan gejala utamanya fobia yaitu rasa takut yang hebat dan bersifat irasional terhadap suatu benda atau keadaan.
4.      Hysteria
Hysteria merupakan satu kompleks neurosis, mengambil bentuk yang bervariasi. Biasanya gangguannya ditandai oleh ketiakstabilan emosional, represi, dissosiasi, dan sugestibilitas.
5.      Hipokondria
Hipokondria adalah salah satu perhatian penuh kerisauaan hati yang dibesar-besarkan atau dilebih-lebihkan pada kesehatan pribadi (Kartini Kartono, 1989) .


BAB III  
NEUROSIS DEPRESIF

A.    Pengertian Neurosis Depresif
           

B.     Masalah Penyesuaian Diri Pada Remaja
                 Diantara persoalan terpentingnya yang dihadapi remaja dalam kehidupan sehari-hari dan yang menghambat penyesuaian diri yang sehat adalah hubungan remaja dengan orang dewasa terutama orang tua. Tingkat penyesuaian diri dan pertumbuhan remaja sangat tergantung pada sikap orang tua dan suasana psikologi dan sosial dalam keluarga, sebagai contoh sikap orang tua yang menolak. Menurut Elida. P (2006: 83) orang tua yang menolak anaknya berusaha menundukkan anaknya dengan kaidah-kaidah kekerasan, karena itu ia mengambil ukuran kekerasan, kekejaman tanpa alasan nyata. Jenis kedua, dari penolakan adalah dalam bentuk berpura-pura tidak tahu keinginan anak. Sikap orang tua yang otoriter, memaksakan kekuasaan dan otoritas kepada remaja juga akan menghambat proses penyesuaian diri remaja. Biasanya remaja berusaha untuk menentang kekuasaan orang tua dan pada gilirannya ia kan cenderung otoriter terhadap teman-temannya dan cenderung menentang otoritas yang ada baik di sekolah maupun dimasyarakat. Dampak yang mungkin akan ditimbulkan oleh masalah ini adalah terjadinya krisis identitas diri pada remaja. Ia akan menjadi sosok yang cenderung egois, keras dan menarik diri dari lingkungan pergaulan. Dan yang paling parahnya lagi remaja akan berusaha mencari identitas diri dengan melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri, orang tua dan masyarakat sekitarnya
               Permasalahan penyesuaian diri remaja selanjutnya yaitu dalam kehidupan di sekolah. Permasalahan penyesuaian diri di sekolah mungkin akan timbul ketika remaja mulai memasuki jenjang sekolah yang baru, baik sekolah lanjutan pertama maupun sekolah lanjutan atas. Mereka mungkin mengalami permasalahan penyesuaian diri dengan guru-guru, teman, dan mata pelajaran. Sebagai akibat antara lain adalah belajar menjadi menurun dibanding dengan prestasi di sekolah sebelumnya.
             Permasalahan lain yang timbul adalah penyesuaian diri yang berkaitan dengan belajar yang baik. Bagi siswa yang baru masuk sekolah lanjutan mungkin mengalami kesulitan dalam membagi waktu belajar, yakni adanya pertentangan antara belajar dan keinginan untuk ikut aktif dalam kegiatan sosial, kegiatan ekstrakulikuler, dan sebagainya. Sehingga dampak yang muncul seperti nilai yang tidak memuaskan, perlakuan guru yang kurang kompromis membuat remaja menjadi malas dan kurang termotivasi untuk menyesuaikan diri ke dalam belajar dan kegiatan lainnya di dalam maupun di luar sekolah (Sunarto dan Hartono, 1994:188).
                Adapula masaalah yang timbul dari teman remaja yaitu seringnya mengalami perpindahan ketempat/ masyarakat baru, berarti kehilangan teman lama dan terpaksa mencari teman baru. Banyak remaja yang mengalami kesulitan dalam mencari/ membentuk persahabatan dengan hubungan social yang baru. Mungkin remaja berhasil baik dalam hubungan di sekolah yang lama, ketika pindah keskolah yang baru ia menjadi tidak dikenal dan tidak ada yang memperhatikan. Di sini remaja dituntut untuk dapat lebih mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat yang baru, sehingga dia menjadi bagian dari masyarakat yang baru itu.
          
     

















BAB IV
UPAYA PENANGGULANGAN MASALAH
PENYESUAIAN DIRI REMAJA

A.    Peranan Keluarga
                Kesiapan orang tua dalam mendidik remaja dalam rumah tangga perlu menjadi perhatian, sebab sikap jiwa orang tua berpengaruh dalam membantu remaja melalui proses penyesuaian dirinya. Hubungan antara ibu dan bapak hendaknya senantiasa baik yang mana saling pengertian, saling menghargai dan cinta mencintai dalam arti yang sesungguhnya.
Kasih sayang yang selalu nampak dari orang tua dalam mendidik remaja akan membuat remaja merasa aman tentram dan damai. Kondisi yang diciptakan itu apabila terpelihara akan membuat remaja yang tumbuh dewasa akan mempunyai perilaku yang baik untuk seterusnya.
remaja yang tumbuh dan berkembang dalam kasih sayang yang cukup dari orang tuanya kelak akan menjadi manusia dewasa yang berbudi pekerti yang baik pula.

B.     Peranan Pendidikan
               Remaja dalam masa pertumbuhannya disamping mendapatkan kasih sayang yang cukup hendaknya selalu diingatkan melalui peraturan-peraturan yang harus dipatuhi agar tingkah laku mereka selalu terkontrol. Sekolah dan keluarga sangat berperan dalam mengarahkan para remaja agar terhindar dari perilaku-perilaku yang iseng, karena justru melalui perbuatan yang iseng itu para remaja akan terbiasa untuk berbuat iseng yang akhirnya timbul menjadi kenakalan-kenakalan itu kalau sampai berlarut-larut dilakukan akan menjadi masalah yang merugikan baik pada diri remaja itu sendiri maupun terhadap lingkungan. Melalui pendidikan di sekolah dan adanya kerjasama antara orang tua dan sekolah diharapkan dapat membantu pencegahan masalah-masalah yang timbul, baik masalah-masalah psikologis maupun masalah-masalah kenakalan.
                 Masalah atau gangguan psikologis yang sering dialami oleh para remaja timbul karena kurangnya kasih sayang dan perhatian dari orang tua pada masa pertumbuhan dan perkembangan anak, juga dimungkinkan karena orang tua terlalu memberikan proteksi/ perlingungan yang berlebihan dalam membimbing anak.
                   Hal ini terlihat dari sikap-sikap para remaja yang mengalami masalah gangguan psikologis, yaitu antara lain : rasa kuatir yang tidak beralasan, rasa takut yang berlebihan, minder/rendah diri, mudah marah, susah bergaul, pemalu, selalu ragu-ragu dalam bertinsdak, kurang percaya diri, sulit menyesuaikan diri dalam pergaulan, murung, merasa bersalah dan sebagainya.
             Lingkungan sekolah mempunyai pengaruh yang besar terhadap petkembangan jiwa remaja. Sekolah selain mengemban fungsi pengajaran juga fungsi-fungsi pendidikan (transformasi norma). Dalam kaitannya dengan pendidikan ini, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga, yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik mengalami masalah. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk memperlancar proeses penyesuaian diri remaja khususnya di sekolah adalah:
1.      Menciptakan situasi sekolah yang dapat menimbulkan rasa “ betah” (at home) bagi anak-anak didik , baik secara social, fisik maupun akademis.
2.      Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak.
3.      Usaha memahami anak didik secara menyeluruh, baik prestasi belajar, social, maupun seluruh aspek pribadinya.
4.      Menggunakan metode dan alat mentgajar yang menimbulkan gairah belajar.
5.      Menggunakan prosedur evaluasi yang dapat memperbesar motivasi belajar.
6.      Ruang kelas yang memenuhi syarat-syrat kesehatan.
7.      Peraturan / tata tertib yamg jelas dan dapat dipahami oleh siswa.
8.      Teladan dari para guru dalam segi pendidikan.
9.      Pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang sebaik-baiknya.
10.  Situasi kepemimpinan yang penuh saling pengertian dan tanggung jawab baik pada murid maupun pada guru.
11.  Hubungan yang baik dan penuh pengertian antara sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat.



BAB V
PENUTUP


A.    Kesimpulan
               Penyesuaian diri (Adjustment) merupakan suatu bentuk proses yang melibatkan respon mental dan perbuatan dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan mengatasi ketegangan serta mampu menciptakan hubungan yang harmonis antara kebutuhan diri dengan norma atau tuntutan lingkungan dimana dia hidup.
                Penyesuaian diri remaja pada dasarnya merupakan suatu bentuk tugas perkembangan yang harus dicapai oleh seorang individu yang memasuki usia remaja. Pada penyesuaian diri ini remaja yang sukses mampu mengenal, memahami dan menerima lingkungannya serta bisa bersikap dan bertindak sesuai dengan nilai dan norma di tempat ia berada.
               Pada diri remaja adakalanya mengalami ketidak mampuan dalam menyesuaikan diri (maladjustment). Mereka yang mengalami hal tersebut akan merasakan ketidak mampuan dalam menerima lingkungan, kurang mampu menyesuaiakan diri dengan teman sebaya dan mengalami masalah dalam proses belajar di sekolah. Ketidak mampuan remaja dalam menyesuaikan diri jika terus dibiarkan akan menimbulkan masalah pada diri remaja itu sendiri dan juga orang di sekitarnya.
              Peran keluarga dan pendidikan sangatlah besar dalam membantu remaja dalam melakukan penyesuaian diri terhadap lingkungannya. Peran orang tua dan pendidikan bukan hanya menanggulangi dampak dari ketidak mampuan remaja dalam menyesuaikan diri tetapi juga sebagai pencegah munculnya masalah remaja dalam melakukan penyesuaian diri.
               
B.     Saran
             Sebagai seorang calaon konselor atau guru pembimbing di sekolah, sudah selayaknya kita membekali diri dengan pengetahuan dan wawasan yang luas mengenai teori penyesuaian diri dan bagaiman pengaruhnya terhadap mental para remaja yang tentunya akan sangat mungkin kita temui nantinya. Sehingga pada akhirnya dapat membantu remaja mengentaskan masalahnya terkait dengan hal penyesuaian dirinya di tengah lingkungan tempat ia tumbuh dan berkembang.








DAFTAR KEPUSTAKAAN
Elida Prayitno. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya.
Haryadi, dkk. 1995.  Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.
Hurlock, E. B. 1992. Psikologi Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang  kehidupan. Jakarta : Erlangga.
Kartini Kartono. 1989. Hygiene Mental dan Kesehatan mental dalam Islam. Bandung: Mandar Maju.
Lazarus, R. S. 1969. Patterns of Adjustment and Human Effectiveness. New York: Mc Graw Hill, Book Company.
Sarwono, Sarlito. 2003. Psikologi Kepribadian. Jakarta : UMM Persada.
Syamsu Yusuf  LN. 2006. Mental Hygine. Jakarta. Maestro.
Siswanto. 2007. Kesehatan Mental (Konsep, cakupan dan perkembangannya). Yogyakarta:  Andi.
Sunarto dan Hartono. 1994. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rhineka Cipta.
www.wikipediaencyclopedia.com
Zakiah Darajat. 1986. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung Agung.